Sapuan warna lilac seolah menari lembut, dia ingin ringan, dia ingin terbang. Kelabu tebal dibelakangnya menerimanya dengan lapang. ‘Hi…’ sapanya. ‘Kita tidak kontras, dan tidak satu rima, tapi aku senang kau datang’. Lilac tersenyum, tapi tidak lama. Tiba-tiba ada gold menampar mereka, ‘Diam!’ congkak sekali. ‘Kini aku yang bersinar..’. Mau tidak mau yang lain sunyi.
“Ibuuuu, lihat buku
paket Matematika punyaku?” Anak bujang tiba-tiba muncul dibelakangku.
“Waw, kayanya lukisan
ibu yang ini lagi pada berantem ya warnanya?” Ku acak rambutnya sambil berlalu
cuci tangan, “Iya.. kayak kamu sama adek-adek tuh”. Nyengir dia.
-------------
Dari
katalog pelukis yang ku dapat dari pameran lalu, terjadi lamunan panjang. Semua
rasa, cerita, emosi, bisa terekam menjadi suatu karya, beruntung sekali. Tanpa
banyak beban, tiba-tiba aku sudah menghabiskan berlembar-lembar kertas untuk
dilukis. Abstrak. Berati semua bentuk melebur, warna-warna berkisah, cerita
berbicara, ada yang berbisik, datar atau lantang.
Dari
kertas aku akhirnya siap pindah ke kanvas. Lebih hidup. Dari sedikit, sedikit
banyak hingga semakin banyak. Semua rasa terekam disana. Betapa menguras air
mata bahagia ketika ternyata ada yang berminat menjemput salah-satunya untuk dibawa pulang.
Kuteguk
kopi yang sudah mendingin. Kukecilkan dulu volume siguros. Kucoba sapukan
sedikit ‘katalis’ lagi di perpaduan warna yang kali ini seperti berpegangan
tangan. Agar lebih akrab. Kadang satu karya bisa sekali duduk selesai, kadang
butuh lebih banyak waktu curhat.
Melukis
seperti menjadi sarana terapi ditengah bangun-urusan RT-tidur-bangun dan
repeat. Ada masa ketika anak tidak bisa ditinggal, banyak diam dirumah. Tapi
mau menjahit tidak memungkinkan. Ketika masih bayi, butuh didekap. Tumbuh
balita, butuh perhatian. Pernah dicoba menjahit tapi benang-benang beliau
gunting-gunting. Bye! xD
------------
Makanan
sudah matang, tapi anak-anak belum datang. Waktu-waktu ini saatnya melipir
dulu.
Memang
rutinas bisa membosankan, karena itulah kupaksakan diri supaya mencari visual
yang harus instanly membuatku happy. Walau melukis kadang bisa kita menjadi
overthinking. Mempertanyakan apa dan kenapa berputar-putar. Ketika kita tidak
tau, bisa pointless. Cara mengantisipasinya yaitu dengan banyak membaca,
menonton youtube sesama pelukis. Karena aku autodidact (self-taught), membuat
semakin penasaran untuk selalu belajar lagi. Learning by doing.
Semua
momen abstraksi, dengan warnanya, dengan prosesnya membuatku terpukau.
----------
Oh,
lagi-lagi kehabisan warna putih dan biru.
Brb, cek
marketplace.
Kadang
ini membuatku berfikir ulang. Art supplies, waktu dan semua energinya ini ‘mahal’.
Tapi karyaku terjual dengan harga tidak sebanding. Kapan ya bisa menjual dengan
nilai tertentu? Tapi ini seperti sebuah relationship. Pahitnyapun harus
diterima.
Tetap
saja terjualnya lukisanku membuatku haru. Semoga segenap doa yang terselip
didalamnya ikut terbawa dan memberi ruang rasa di tempatnya pergi.
Rasa
yang senang, rasa yang kelam, rasa yang sepi dan yang penuh. "All stars are born in the dark and all darkness dies in the light."- MV Darklight. Banyak yang bisa buat kita down, maka hanya ibadahlah solusinya. Bagaimana membawa diri untuk
lebih dekat dan lekat. Itulah tujuan semua insan. Selalu menjadi peer semua.
Afirmasi
positif selalu penting. Disaat mulai negatif, jangan sampai dibawa larut.
Pasrah dan berserah bisa menjadi gerbang syukur.
No comments:
Post a Comment